Teman itu seharusnya seperti segelas susu yang bisa menyehatkan. Dan bahkan susu sekalipun, ada aturan pemakaiannya. Tentang merk, kemasan, rasa, dan harga yang harus dibayar, itu adalah pilihan.
Mari kita bicara tentang ‘susu = teman’ dalam ruang yang lebih luas. Teman disini boleh saja Lo artikan sebagai orang tua, sahabat, kekasih, partner kerja, tetangga, saudara, alam, buku, kucing kesayangan, pekerjaan, ataupun hal lainnya. Setiap orang boleh menerjemahkan dan memiliki persepsi masing-masing, tergantung, sesuai dan terpengaruh oleh situasi dan kondisi masing-masing setiap kalian. Dalam pembicaraan kita ini, itu bukan masalah.
Susu yang beredar sekarang sangat banyak variannya, ada yang bubuk, ada yang cair, ada yang masih benar-benar susu, ada yang berupa makanan olahan berbahan dasar susu. Pada intinya gue yakin kita sudah satu suara dalam hal pendapat bahwa susu (sebagai kata benda dalam kondisi umum yang normal) itu menyehatkan. Maka dari itu, dalam kebaikan secara umum ‘bersusu’ (berteman) itu juga lebih bijak daripada bermusuhan (tidak ‘bersusu’?). Tentu saja berteman yang dibenarkan dalam hal kebaikan lho ya, bukan sebaliknya.
Sudah gue bilang di awal tadi ‘dan bahkan susu sekalipun, ada aturan pemakaiannya’. Beneran lho! Takaran yang terbaik ya tentu saja Lo minum ‘secukupnya’. Kalau terlalu banyak, yang pasti Lo bakal kekenyangan, nggak selera lagi buat makan yang lain dan mungkin saja Lo bisa muntah. Akibat lainnya adalah perut Lo terasa mules dan Lo mesti bolak-balik ke WC untuk melakukan diskusi yang hangat dengan toilet dan para stafnya. Yang seringkali tidak disadari adalah akibat over dosis ‘susu’ dalam jangka panjang, yaitu ‘kegemukan’. ‘Kegemukan’ berarti terlalu ‘gemuk’, dan sudah barang tentu hal-hal yang ‘terlalu’ itu tidak baik.
Untuk mendapatkan ‘susu’ yang sesuai, ada harga yang harus dibayar. Bagi sebagian orang, susu bisa didapat dengan mudah. Pas Lo di pusat perbelanjaan, pasar, warung, pesawat, kereta api, masjid atau tempat lainnya, eh Lo ketemu ‘susu’ yang menarik, nge-klik dan beruntungnya lagi Lo punya sesuatu yang sepadan untuk dibayarkan, jadi bisa langsung diculik deh. Tapi sebagian yang lain, mendapatkan ‘susu’ harus dengan ekstra keras, penuh menunggu, penuh keringat, penuh air mata, dan pas udah ketemu ‘susu’ yang pas, eh malah pas nggak ada sesuatu yang bisa dibayarkan, atau malah susu-nya keduluan diambil konsumen lain. Tapi bukan berarti ini akhir segalanya lho. Boleh saja pagi ini Lo nggak minim ‘susu’, tapi hidup harus tetap dilanjutkan. Masih ada jam makan siang. Pulang kuliah nanti juga bisa cari ‘susu’ di ‘kantin’ kampus. Minum susu sebelum tidur juga oke. Pesan susu On-Line juga sekarang bisa. Tuhan Maha Tahu, ‘susu’ mana yang pas buat Lo, dan Dia akan mengirimkannya. Tinggal Lo siapin aja alat pembayarannya. Lo bisa saja bayar dengan hal-hal berikut: kesabaran, pengorbanan, ketekunan, kebijaksanaan, kerajinan, kepintaran, pengertian, keceriaan, keramahan, kerendah hatian, ketulusan, senyuman, keberanian, ketegasan, ketangguhan, keluwesan, kesetiaan, atau kebaikan lainnya. Tidak selalu berupa uang, tapi sekali lagi nggak ada yang gratis.
Ini sangat, sangat, sangat penting: Jangan tertipu kemasan! Sudah banyak terbukti ‘kemasan’ yang menarik dan berwarna-warni ternyata dalamnya nggak seindah luarnya. Boleh saja Lo pilih ‘susu’ dengan ‘kemasan’ yang kubus, silinder, putih, kuning, atau hitam, tapi jangan sampai lupa Lo baca ‘Nutrition Facts’-nya. Jangan lupa periksa keberadaan label halal dan kondisi segelnya J
Tanggal kedaluwarsa? Hmm.. memang kenyataan pahit yang harus diterima apabila secara secara fisik ‘susu’ memiliki batas dan gejala-gejala yang menunjukkan bahwa ia gagal menundukkan waktu. Apabila sudah tercium perubahan warna dan bau, maka jangan dipaksakan untuk diminum. ‘Susu’ yang basi akan membuat peminumnya larut dalam kebasiannya, dan ‘mencret’. Namun secara ‘arti’ tidak ada kematian dalam nilai positif ‘susu’. ‘Gizi’ yang telah sempat kita minum akan meresap dan menjadi bagian tak terpisahkan dalam tubuh dan kehidupan kita. Ini akan menjadi kearifan yang unik di dalam perjalanan masing-masing individu yang unik pula. Tak ada kedaluwarsa dalam niat yang baik.
Mengenai susu jenis apa yang ideal buat Lo dan seberapa banyak yang Lo butuhkan untuk dikonsumsi, itu tergantung lagi sama Lo-nya sendiri, karena setiap orang memiliki tingkat kebutuhan gizi yang berbeda-beda. Yang jelas, apapun susunya dan seberapapun ukurannya, Lo harus bisa ambil nilai positifnya. Dan kepada para ‘susu’ dalam hidup gue yang telah begitu baik, unik, istimewa dan menyehatkan: gue sungguh mencintai kalian!