Cari Blog Ini

Sabtu, 21 Mei 2011

Malu Sama Gusti


Ayah gue: Belum naik haji mosok kok mau beli mobil, yo malu sama Gusti Allah.

Terjemahan bebasnya: Kalau pas punya duit, mbok ya dipakai dengan sebaik-baiknya cara. Banyak jalan untuk menghabiskan uang, tapi pilihan kan ada di tangan kita. Merumuskan urutan prioritas itu puenting lho.  Biar nggak kehilangan arah. Biar kalaupun terjatuh, pas berdiri kita tahu bagaimana cara jatuh yang baik yang jauh tidak melukai nyali. Beli mobil atau barang mewah lainnya itu boleh-boleh saja. Tapi mbok ya dipelajari lagi, sebenarnya ada yang lebih prinsip lagi apa enggak dari itu. Apa nggak malu, misalnya punya mobil seharga 100jt tapi belum pernah munggah kaji? Atau setidaknya ndaftar haji? Yo mbok punya malu sama Gusti Allah. Lha wong yang punya semua rezeki termasuk uang itu ya Beliau.

Tidak hanya dalam urusan membeli atau membelanjakan, melainkan pada semua sisi kehidupan. Jadi percakapan tak berhenti pada materi yang sekedar materi. Setiap hal yang diorientasikan kepada prinsip Ketuhanan akan selalu membawa kesejukan yang sulit untuk dijelaskan. Akan lebih bernilai dan bermakna. Karena hidup hanya persinggahan dan tak berhenti pada mati.

Menurut gue, kearifan seperti ini yang memang harus di tularkan oleh generasi sebelum kepada sesudahnya. Oleh orang tua kepada anak-anaknya. Oleh guru kepada murid-muridnya. Oleh pejabat kepada rakyatnya. Oleh sahabat kepada sahabatnya. Hal-hal kecil yang sering terabaikan, padahal ada prinsip besar di belakangnya. Bukan memaksa, tapi memberikan pilihan yang lebih berwarna.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar