Untuk Ornella Murti dan Aisyah Lovegne Restugusti: sekarang aku baru bisa memberi kalian waktu. Tapi jika kalian mau yang lainnya seperti rumah sederhana yang dikelilingi bougenville dan mobil bergaya retro berwarna orange yang akan kita pacu dibawah bintang-bintang; akan kuusahakan.
Kalau dipikir-pikir, daftar kemauan kita makin hari makin tambah aja ya. Yah, namanya juga masih hidup, wajarlah ya, asal nggak berlebihan. List kemauan kita sendiri aja udah paaaaanjaaang, belum lagi kalau ditambah punya pasangan kita -bagi yang udah punya- bisa tujuh puluh dua pangkat tiga kali gunung Slamet kali.
Bicara soal apa yang kita mau, tentu akan berujung pada apa yang bisa kita dapat. Tapi diantara dua variabel itu, terentang sesuatu yang seringkali tak terpedulikan: sang proses. Ini hukumnya: Semua yang kita mau bisa kita dapatkan, tapi tak semua terjadi dengan segera, karena secara lebih dalam tak semua yang kita suka adalah baik untuk kita.
Untuk kasus pengadaan keinginan yang tertunda, proses adalah penilaian yang mau tak mau harus kita cermati. Kalau kita janji ngapel jam 7 malem, tapi datang telat sejam dengan baju yang basah abis keguyur ujan badai, muka pucet, dan mata yang berkata ”gue merasa bersalah”, masak sih nggak dimaafin (tapi kalau nggak dimaafin ya derita Lo bro!). Disitu proses ”menuju”-nya yang tentu menjadi nilai yang terperhatikan di mata hati orang lain. Apa lagi kalau udah atas nama cinta dan ada campur tangan restu orang tua, luluh deh batu karang di Samudera Indonesia.
Dari sini kita bisa belajar, memberi adalah fungsi yang tak bisa dipungkiri dari manusia yang bisa berfikir, dan proses adalah faktor yang sebanding dengan pikiran positif yang menjadi latar belakang peniatan. Jadi, tunggu apa lagi untuk memulai proses memberi yang baik?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar